Rabu, 28 September 2011

dasar dasar EKG

DASAR-DASAR EKG
oleh : Oca pranowo AMD.Kep
tanggal : 28 sept 2011
I.    Kelistrikan Jantung


Pencetus impuls listrik jantung muncul dari SA Node terus menjalar ka AV Node, Berkas His, Cabang Berkas Kiri dan Kanan, Serabut Purkinje dan akhirnya sampai ke otot ventrikel jantung.
Arus listrik yang menjalar dari SA Node ke Berkas His membentuk Interval PR (lihat garis merah pada gambar diatas), dan arus listrik dari Cabang berkas sampai serabut purkinje membentuk Kompleks QRS (lihat garis hijau pada gambar diatas).
Durasi normal Interval tidak lebih dari 5 kotak kecil (kk), dan Kompleks QRS tidak lebih dari 3 kk. Untuk menghitung frekwensi detak jantung digunakan rumus : 1500: Interval R-R ( jarak R satu ke R berikutnya dalam kotak kecil).

II. Irama Jantung
Irama jantung terdiri dari 3 macam yaitu Irama Sinus, Irama Junction, dan Irama Ventrikel. Masing-masing irama dinamai sesuai dengan asal impuls listrik yang keluar. Bila pencetus impuls listrik keluar dari SA Node maka irama yang muncul disebut Irama Sinus, dari SA Node muncul Irama Junction dan dari Ventrikel disebut Irama Idioventrikuler (baca: Irama Ventrikel).

A. Irama Sinus
Asal impuls dari SA Node, kalau diibaratkan listrik di rumah pencetus SA Node ini adalah PLN sehingga dia mempunyai daya yang kuat mampu menghasilkanfx impuls 60-100x/menit. Ciri irama sinus adalah :
1. Gelombang P (+) (membentuk gambar cembung seperti bukit)
2. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.
Bila denyutan jantung normal 60-100 x/menit disebut irama sinus ritme, lebih dari 100x/menit disebut irama sinus takikardi, dan bila kurang dari 60x/menit disebut irama sinus bradikardi.

B. Irama Junction
Asal impuls dari area junction, impuls ini muncul bila SA Node gagal mengeluarkan impuls karena berbagai sebab. SA Node diibaratkan Genset dia tidak bisa menghasilkan daya sekuat listrik dari PLN hanya mampu menghasilkan impuls 40-60x/menit. Ciri irama junction adalah:
1. Gelombang P (-) (membentuk gambar cekung seperti lembah)
2. Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.

Contoh Irama Junction takikardi

C. Irama Ventrikel
Asal impuls dari area Ventrikel, ibarat lampu templok dayanya kecil sekali hampir tidak bisa menerangi rumah, seperti itulah kira-kira irama ventrikel daya pompa jantung sudah sangat lemah, menghasilkan impuls 20-40 x/menit.
1. Gelombang P tidak ada
2. Kompleks QRS lebar lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.

Bila denyut jantung lebih dari 40x/menit disebut Irama Ventrikel Takikardi. Bila sahabat menemui kasus seperti ini, segera raba denyut karotis pasien. Irama Ventrikel Takikardi dengan nadi tidak teraba perlu segera terapi kejut listrik (DC Shock).

Bila daya listrik jantung terus menurun, dia akan menunjukkan irama Ventrikel Fibrilasi seperti gambar dibawah ini :

III. Blok Jantung
Blok jantung merupakan hambatan pada jalur listrik jantung, ibarat kabel listrik dia sudah mulai berkarat sehingga konduksi listrik jadi melambat/terhalang.


II.    A. AV Blok
AV Blok terjadi bila jalur SA Node ke AV Node (yang membentuk interval PR pada EKG) terhambat, maka Interval PR menjadi lebih panjang. Ibarat jalan tol macet, maka jarak tempuh ke tempat tujuan menjadi lebih lama. AV Blok dibagi menjadi 3 derajat sesuai tengan tingkat keparahan.

1. AV Blok derajat I


a. Interval PR memanjang > dari 5 kotak kecil
b. Durasi Interval PR setiap beat adalah sama.
Pada contoh gambar diatas menunjukkan interval PR lebih panjang dari normal yaitu 7 kk, dan setiap beat panjangnya sama.

2. AV Blok derajat 2 type mobitz I

a. Interval PR makin panjang dari 1 beat ke beat berikutnya.
b. Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.
Pada contoh gambar diatas interval PR makin panjang yaitu 4kk, 9kk, 11kk, kemudian kompleks QRSnya tidak ada/menghilang.

3. AV Blok derajat 2 type mobitz II
 
a. Interval PR bisa normal, bisa panjang, tetapi tidak seperti mobitz 2 yang makin panjang.
b. Ada gelombang P yang tidak diikuti Kompleks QRS.
Pada contoh gambar diatas interval PR normal, tetapi ada gelombang P yang tidak diikuti kompleks QRS.


4. AV Blok derajat 3 / Total AV Blok (TAVB)

a. Gelombang P bisa 2 kali lebih banyak dari kompleks QRS.
b. Gelombang P dan kompleks QRS membentuk pola irama sendiri-sendiri.

B. Bundle Branch Block/Blok Cabang Berkas
Hambatan terjadi di jalur Cabang Berkas, karena cabang berkas terletak di area Ventrikel maka terjadi perubahan pada Kompleks QRS.
Ciri-ciri Rigth Bundle Branch Block (RBBB):
1.    1. Kompleks QRS melebar lebih dari 3 kk
2.    2. Kompleks QRS menyerupai huruf M (M Shape) di lead V1 dan V2.

Pada contoh gambar diatas Kompleks QRS mempunyai dua R, r pertama lebih kecil dan R kedua lebih besar yang mirip huruf M.
Ciri-ciri Left Bundle Branch Block sama dengan RBBB yaitu Kompleks QRS melebar dan membentuk seperti huruf M. Perbedaannya terletak pada kemunculan M Shape yang pada LBBB terlihat di lead-lead kiri yaitu I, aVL, V5 dan V6.
Cara menghitung EKG
1. Menggunakan kotak sedang/besar
Cara ini khusus untuk gambaran EKG dengan irama regular.
Anda ambil RR interval dari lead mana saja, yang penting Gel R nya jelas.
Dari RR interval itu, anda hitung berapa jumlah kotak sedang/besarnya.
Setelah itu, 300 dibagi jumlah kotak sedang yang anda dapatkan dari RR interval tersebut.
Jadi rumusnya 300 dibagi jumlah kotak sedang antara RR interval.
atau
Anda bisa menghitungnya langsung seperti gambar 26 dibawah ini.


Gb: 26
2. Menggunakan kotak kecil
Cara ini juga khusus untuk irama EKG yang regular
Cara ini sangat akurat atau tepat, tapi membutuhkan waktu yang agak lama
Caranya sama dengan cara pertama tadi, cuma anda harus mencari jumlah kotak kecil antara RR interval tadi.
Setelah itu, 1500 dibagi jumlah kotak kecil yang anda temukan diantara RR interval tadi.
Jadi rumusnya, 1500 dibagi jumlah kotak kecil diantara RR interval.

3. Menggunakan 6 detik
Cara ini bisa digunakan untuk gambaran EKG yang regular maupun irregular.
Ventrikel ekstra sistole atau komplek QRS yang abnormal adalah tetap kita namakan sebagai komplek QRS yang harus kita hitung pada perhitungan frekfensi jantung menggunakan cara ini.
Caranya dengan memilih lead EKG strip yang panjang dan jelas (biasanya di lead II)
Hitung komplek QRS dalam 6 detik.
Berapa jumlah komplek QRS yang anda temukan, kemudian kalikan dengan 10.
Perhatikan contoh EKG strip (gb :27), dalam 6 detik ditemukan normal beat sebanyak 7, jadi heart ratenya 7x10= 70x/menit.
Anda juga bisa menggunakan 3 detik atau berapa saja, yang penting anda kalikan hasilnya 60.
Kalau 3 detik, berarti jumlah normal beat yang anda temukan dikalikan 20. OK !!

Senin, 26 September 2011


Askep Persalinan Pada KPD dan Partus Lama
oleh : Oca pranowo AMD,Kep
terbit pada tanggal : 27 sept 2011



Pegertian
Ketuben pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan di tunggu 1 jam sebelum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil diatas 37 minggu. Sedangkan di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak.
Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi abstetri dalam kaitannya dengan penyebab.
                                                                        ( Chandranita Manuaba, 2008 )
Ketuban pecah dini adalah pecah ketuban disertai keluarnya cairan amnion sebelum proses persalinan dinulai baik pada kehamilan cukup bulan maupun pada persalinan premature.
                                                                        ( Adele Pillitteri, 2002 )
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting pada abtetri dengan penyakit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbilitas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu.
                                                                        ( Sarwono Prawirahardjo, 2006 )

Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini belum diktahui secara pasti, pada kehamilan preterm dapat disebabkan oleh koriominionitis, plihidramiinion, inkoinpetensia servik atau troma.
Beberapa penyebab lainnya pada ketuban pecah dini selain dari pada inkonpetensia servik juga dapat merupakan overdistensi uterus, factor keturunan ( ion CU serum redah, vitamin C redah, kelainan genetic ), pengaruh dari luar juga dapat melemahkan ketuban 9 inveksi genetalia, meningkatnya enzimproteolifik ).
Penyebab umum pada ketuban pecah dini adalah multi/grandemlti, overdistensi chidramnion, hamil ganda ), disproparsi sefalu pelvis, kelainan letak ( lintang, sung-sang), dan pendular abdomen.
                                                                        ( Chandranita Manuaba, 2008 )
Tanda dan Gejala
Amnionitis
Tanda dan gejala selalu ada
  1. Cairan vagina berbau
  2. Demam atau menggigil
  3. Nyeri perut

Tanda dan gejala kadang-kadang ada
  1. Riwayat keluarnya cairan
  2. Uterus nyeri
  3. Denyut jantung janin cepat
  4. Perdarahan perraginam sedikit-sedikit

Pendarahan antepartum
  1. Plasenta privia
  2. Solusio plasenta
  3. Ruptura uteri
  4. Gangguan pembekuan darah

Awal persalinan aterm atau preterm
  1. Gejala berupa darah lendir ( gejala dan tanda selalu ada )
  2. Pembukaan dan pendataran servik ( gejala dan tanda kadang-kadng ada )
  3. Ada HTS

Ketuban pecah dini
Tanda dan gejalanya:
  1. Cairan dapat keluar sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
  2. Cairan dapat keluar saat tidur, duduk atau pada saat ada aktivitas seperti jalan, berdiri atau mengejan.
  3. Cairan dapat berwarna putih, keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan.

Patofisiologi

Pada kehamilan aterm ketuban pecah dini mungkin suatu gejala fisiologik. Masalah ketuban pecah dini terutama pada kehamilan peterm perlu mendapat perhatian kusus karena fungsi air ketuban yang ternyata sangat mempengaruhi jalannya kehamilan maupun persalinan.
Mekanisme ketuban pecah dini adalah terjadi pembukaan premature servik dan membrane terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisas dan nekrusis sertadapat diikuti pecah spontan.
Jaringan ikat menyangga membrane ketuban makin berkurang, melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim ( enzim proteolitik, enzim kalogenase ).
                                                                        ( Sarwono Prawirohardjo, 2006 )

Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten, makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi, makin muda kehamilan makin sulit upaya pencegahanyan tanpa menimbulkan morbiditas janin. Oleh karena itu komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat.
                                                                        ( Fajar Manuaba, 2008 )


















Text Box: Ketuban Pecah Dini










 











Seksio Seksaria :
Indikasi Obstetri
Kelainan Detak Jantung
 
Persalinan dengan Induksi :
Protaglandin
Langsung Induksi
 
Penatalaksanaan
-          NST setiap minggu
-          Suhu meningkat di atas 38˚C
-          Hasil laboratorium menunjukkan infeksi
-          BPD diatas 9,2
 
                          


























Manifesrasi Klinis

Evaluasi kehamilan dengan ketuban pecah dini. Faktor infeks dapat terjadi karena amniosentesis dengan ultrasonografi. Pada kondisi ini perlu dilakukan kultur beta streptokokus. Kapasitas dilakukan dengan mengukur kematangan peru janin dan percobaan indigo karmin apakah benar ketuban pecah dini dengan cairan terdapat dalam vagina.
Evaluasi dengan ultrasonografi ditemui ketuban pecah dini sering terdapat kelainan congenital. Dengan alat ini juga kita dapat di tentukan usia kehamilan dan menentukan kesehatan  janin dalam kandungan. Dengan evaluasi ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap tingkat infeksi. Berdasarkan evaluasi dapat dibedakan perlakuan penatalaksanaan ketuban pecah dini kehamilan premature dan kehamilan aterm. Dengan eveluasi juga dapat di tentukan waktu dilakukannya induksi perssalinan untuk mempertimbangkan waktu induksi ( setelah pecah 6 jam, 12 jam, 24 jam )
                                                                        ( Handranita Manuaba, 2008 )


Pemeriksaan Diagnostik
  1. USG ( Ultrasonografi )
  2. Uji laboratorium
-          uji pakis positif
-          uji kertas nitrazin positif
-          specimen untuk kultur streptokokus grup B ( grup B streptokokus, GBS )
  1. Amniosentesis :
Cairan amniondikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin ( rasio L/S : Fasfatidilgliserol, fostatidilkain  janin )
Pewarna garam dan hitung koloni kuantitatif membuktikan adanya infeksi intralijanin
  1. Pemantau janin : membantu dalam evaluasi janin
  2. Protein C-Reaktif
Peningkatan protein C-Reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnioniras.
Penatalaksanaan
Masalah yang berat menghadapi ketuban yang pecah adalah kehamilan dibawah minggu ke-26karena mempertahankan memerlukan waktu yang lama. Bila sudah mencapai berat 2000 gram dapat dipertimbangkan untuk di induksi. Kegagalan induksi disertai infeksi yang diikuti hiterektomi.
Pemberian kortikoroid dengan mempertimbangkan akan menambah reseptor pematangan paru, menambah metaritas paru janin. Pemberian betametaso 12mg dengan interval 24 jam, 12 mg tambahan, mqximum dosis 24 mg dan masa kerjanya 2-3 hari. Bila janin setelah 1 minggu belum lahir pemberian betakortisonnya dapat diulangi lagi.
Pemberian tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus, dapat diberikan bila sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi korioamnidnitis. Pemberian anti biotic profilaksis dengan triple drug untuk menghindari terjadi sepsis.
Indikasi untuk melakukan induksi pada ketuban pecah dini harus mempertimbangkan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu meliputin apakah pecahnya sudah 6 jam, 12 jam, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya diatas 2000 gram atau lebih. Apakah ada tanda infeksi intrauterin yang meliputi suhu tubuh ibu naik di atas 38˚C dengan pengukura rectal, terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.
Bahaya paling besar dari ketuban pecah dini adalah bahaya infeksi intrauteri yang mengancam keselamatan ibu dan janinya, terjadi persalinan prematur bila usia kehamilanya kurang dari 36 minggu. Kematian janin akibat prematuritas dan infeksi akan meningkat tajam.
Dalam hal ini bidan dengan bijaksana melakukan intervensi apabila telah di tunggu sekitar 1 jam belum ada tanda akan terjadi persalinan, segera lakukan rujukan kerumah sakit yang dapat memberikan pertolongan kusus.
Bila mungkin beri antibiotic untuk menghindari kemungkinan infeksi. Bidan jangan terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam karena akan menambah beratnya infeksi.


Pengkajian

a.                   Sirkulasi
Hipertensi, edema patologis ( tanda hipertensi karena kehamilan [ HKK] ) penyakit jantung sebelumnya.
b.                  Integritas Ego
Adanya ansietas sedang
c.                   Makanan / Cairan
Ketidak adekuatan atau penambahanberat badan berlebihan
d.                  Nyeri / Ketidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
e.                   Pemasangan
Mungkin perokok berat ( 7-10 rokok / hari )
f.                   Keamanan
Infeksi mungkin ada ( mis, infeksi saluran kemih [ISK] dan / infeksi vagina )
g.                  Seksualitas
Tulang servik dilatasi
Perdarahan mungkin terlihat
Membran mungkin rupture ( KPD )
Perdarahan trimester ketiga
Absirbsi sebelumnya, persalinan / melahirkan praterm, riwayat biopsy konos, uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion, makrosomia, atau gestasi multiple.
h.                  Infeksi Sosial
Mungkin kelas social ekonomi rendah







Diagnosa Keperewatan

DX 1:
            Hipersensitivitas otot / saluran b/d kontraksi uterus terus menerus / peka rangsangan.


Tujuan / KH
            Menurukan tingkat aktifitas
            Mengidentifikasi / mengikuti aktifitas tepat pada situasi
            Mendemonsrasikan penurunan / penghentian kontraksi uterus


INTERVENSI
RASIONAL
1. Jelaskan alas an perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri / miring dan penurunan aktifitas


2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi atau penurunan simulus dalam ruangan ( mis, lampu redup )

3. Kelompokkan aktifitas sebanyak mungkin seperti pemberian obat, TTV, dan pengkajian

4. Berikan periode tanpa intruksi untuk istirahat / tidur

5. Berikan aktivitas pengalihan seperti membaca, mendengar radio, dan menonton TV /kunjungan dengan teman yang di pilih / keluarga
1. Tindakan ini di tunjukan untuk mempertahankan janin jauh dari servik dan meningkatkan pervusi uterus, tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus

2. Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serat meningkatkan rasa nyaman



3. Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interaksi untuk tindakan berikutnya

4. Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan dan dapat meningkatkan relaksasi

5. Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktifitas






DX II :
            Keracuna, resiko tinggi terhadap toksik b/d dosis / efek samping tokolitik


Tujuan / KH
            Menunjukkan tidak ada bukti efek-efek tidak baik dari terapi tokolitik
            Mencegah atau meminimalkan cedera maternal
            Mendemontrasikan penghentian kontraksi uterus, tergantung pada kesejahteraan janin


INTERVENSI
RASIONAL
1. Tempatkan klien pada posisi lateral, tinggikan kepala selama pemberian infuse obat IV

2. Pantau TTV, auskultasi bunyi paru, perhatikan iregularitas jantung dan laporkan dispnea / sesak dada






3. Ukur masukan dan pengeluaran. Anjurkan cairan diantara 2000 dan 3000 ml/hari, kecuali dibatasi ( mis, selama pemberian magnesium sulfat [ MgSO4 ] )


4. Timbang klien setiap hari


5. Pantau adanya mengantuk, kemerahan karena panas, depresi pernapasan, dan depresi reflek tendon dalam dengan tepat

6. Sediakan antidote ( kalsium glukonat untuk MgSO4, propanolol untuk ritodrin / terbutaline sulfat )
1. Menurunkan iritabilitas nyeri, meningkatkan perfusi plasenta dan mencegah hipotensi supine

2. Komplikasi seperti edema pulmoner, distritmia jantung / takikardia, agritasi, dispnea, nyeri dada dan peningkatan pada volume plasma dan mungkin terjadi pada pemberian agoris reseptor beta ( ritodrin, isoxuprin ) dan terbutalin sulfat, yang merangsan reseptor beta ( kususnya pada penggunaan steroid bersama ).

3. Meningkatkan hidrasi yang adekuat dan cegah kelebihan cairan, kususnya bila diberikan MgSO4. MgSO4 dikeluarkan melalui ginjal, sehingga keluaran urin harus dipertahankan

4. Memeriksa potensial perubahan fungsi perkemihan / retensi cairan

5. Tanda depresi neuromuscular, menandakan peningkatan kadar MgSO4 serum.

6. Pemberian antidote mungkin perlu untuk membalik / mengatasi efek agen tokolitik.



DX III :
            Cedera, resiko tinggi terhadap janin b/d melahirkan bayi praterm atau tidak matur.

Tujuan / KH
            Mempertanyakan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang menunjukan



INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji kondisi ibu yang dikontraindikasikan terhadap terapi steroid untuk memudahkan maturitas paru janin

2. Kaji DJJ, perhatikan adanya aktifitas uterus atau perubahan serfikal. Siapkan terhadap kemungkinan kelahiran praterm



3. Berikan informasi tentang tindakan dan efek samping terapi obat.

4. Tinjau ulang pro dan kotra terapi steroid pada klien / pasangan



5. Tekankan pentingnya perawatan tindak lanjut
1. Pada HKK dan korioamnionitis, terapis steroid dapat memperberat hipertensi dan menutupi tanda infeksi

2. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ. Kelahiran dapat sangat cepat pada bayi kecil bila kontraksi uterus menetap tidak responsive padda tokolitik, atau bila perubahan servikal berlanjut

3. Penting bagi klien / pasangan untuk mengetahui obat yang di berikan.

4. Efek jangka pendek dapat meliputi hipoglikemia, peningkatan resiko sepsis, dan kemungkinan supresi aldosteron sampai 2 minggu setelah melahirkan

5. Jika janin tidak dilahirkan dalam 7 hari dari pemberian steroid, dosis harus di ulang setiap minggu.













DX IV :
            Ansietas b/d krisis situasinal, ancaman yang dirasakan / actual pada diri dan janin

Tujuan / KH
            Mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir
            Melaporkan ansietas berkurang / dapat di atasi
            Tampak reflek : tanda vital ibu dalam batas normal




INTERVENSI
RASIONAL
1. Jelaskan prosedur, intervensi keperawatan dan tindakan


2. Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan


3. Jawab pertanyaan dengan jujur termasuk informasi mengenai pola kontraksi dan status janin


4. Anjurkan pengungkapan rasa takut / masalah

5. Pantau TTV ibu / janin


6. Kaji system pendukung yang tersedia untuk klien / pasangan
1. Pengetahuan tentang alas an untuk aktifitas ini dapat menurunkan rasa takut dari ketidak tahuan

2. Membantu klien dan orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka

3. Memberikan klien mendapatkan keuntungan maxsimum dari periode istirahat : mencegah kelehan otot dan memperbaiki aliran darah uterus

4. Dapat membantu menurunkan ansietas, dan merangsan identifikasi perilaku koping

5. Tanda vital klien dan janin dapat berubah karena ansietas

6. Bantu dan perhatikan orang terdekat, meliputi pemberian perawatan, sangat penting selama waktu stress dan ketidak tahuan ini








DX V :
            Kurang pengetahuan b/d kesalahan interpretasi / kurang informasi

Tujuan / KH
            Mengungkapkan kesadaran tentang implikasi dan kemungkinan hasil persalinan praterm
            Mendemontrasikan pemahaman tentang terapi di rumah dan / kebutuhan perawatan diri
            Mengidentifikasi tanda / gejala yang memerlukan evaluasi / intervensi



INTERVENSI
RASIONAL
1. Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan praterm dan kemungkinan hasil

2. Kaji kesiapan klien untuk belajar




3. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar mengajar



4. Berikan informasi tentang keperawatan tindak lanjut bila klien pulang

5. Identivikasi tanda gejala yang harus dilaporkan dengan segera pada pemberi pelayanan kesehatan

6. Tinjau ulang tanda / gejala persaslinan “dini”
1. Membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan

2. Faktor-faktor seperti ansietas / kurang kesadaran tentang kebutuhan terhadap informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar

3. Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan ansietas yang nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar

4. Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan  / tindakan

5. Evaluasi dan intervensi yang segera dapat memperbaiki hasil kehamilan


6. Membantu klien mengenali persalinan praterm sehinggi terapi untuk menekan persalinan ini dapat di lakukan atau dilakukan ulang dengan segera





DX VI :
            Nyeri akut b/d kontraksi otot, efek obat-obatan

Tujuan / KH
            Melaporkan ketidak nyamanan menjadi minimal, terkontrol
            Penggunaan tehnik relaksasi


INTERVENSI
RASIONAL
1. Percepat proses penerimaan dan lakukan tirah baring pada klien dengan menggunakan posisi miring kiri

2. Tinjau ulang tehlik relaksasi



3. Gunakan tindakan kenyamanan keperawatan seperti mengganti linen dan posisi, gosoksn punggung dan sentuhan trapetik

4. Kaji membrane mukosa terhadap adanya uldetrasi / reaksi mengunyah nepedipin


5. Pantau TTV ibu dan janin
1. Posisi miring kiri memperbaiki aliran darah uterus dan dapat menurunkan kepekaan uterus

2. Membantu menurunkan persepsi klien tentang ketidak nyamanan dan meningkatkan rasa control

3. Menghilangkan tegangan otot dan keluhan



4. Nivedifin dapat mengiritasi rongga mulut, pada kasus ini harus di telan seluruhnya

5. Menunjukkan keefektifan intervensi
















DAFTAR PUSTAKA




Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuahn Kebidanan Vol.2. Jakarta. EGC

Manuaba Chandranita. 2008. Gawat Darurat Obstretri Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta. EGC

Pillitteri Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. EGC

Prawiro Hardjo Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Doengoes, Marielyna. E. 2001. Rencana Keperawatan Maternal Bayi. Edisi 2. Jakarata. EGC























ANALISA DATA

NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1










2









3
DS: Gangguan pada kehamilan

DO: Kontraksi intermiten
        KPD






DS: Ketakutan dengan diri dan janin

DO:  Cemas
         Tidak rileks





DS: “Kurang pemahaman tentang penyakitnya”

DO: Tidak mengerti terhadap penyakitnya
        Sering bertanya-tanya terhadap kondisi keadaannya







Melahirkan praterm / tidak matur









Krisis situasional, ancaman yang dirasakan / actual pada diri dan janin






Kesalahan interprestasi atau kurang informasi
Cedera resiko tinggi terhadap janin









Ansietas ketakutan









Kurang pengetahuan


DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Cidera resiko tinggi terhadap janin b/d melahirkan peratrm / tidak matur
  2. Ansietas ketakutan b/d krisis situasional, ancaman yang dirasakan atau actual pada diri dan janin
  3. Kurang penetahuan b/d kesalahan interprestasi / kurang informasi








NO
DIAGNOSA
TUJUAN / KH
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
EVALUASI

1.

Cidera, resiko tinggi terhadap janin b/d melahirkan praterm / tidak matur

DS: Gangguan pada kehamilan

DO: Kontraksi intermiten
        KPD


-Menurukan tingkat aktifitas

-Mengidentifikasi / mengikuti aktifitas tepat pada situasi

-Mendemonsrasikan penurunan / penghentian kontraksi uterus


1. Jelaskan alas an perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri / miring dan penurunan aktifitas



2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi atau penurunan simulus dalam ruangan ( mis, lampu redup )

3. Kelompokkan aktifitas sebanyak mungkin seperti pemberian obat, TTV, dan pengkajian

4. Berikan periode tanpa intruksi untuk istirahat / tidur

5. Berikan aktivitas pengalihan seperti membaca, mendengar radio, dan menonton TV /kunjungan dengan teman yang di pilih / keluarga

1. Tindakan ini di tunjukan untuk mempertahankan janin jauh dari servik dan meningkatkan pervusi uterus, tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus

2. Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serat meningkatkan rasa nyaman


3. Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interaksi untuk tindakan berikutnya



4. Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan dan dapat meningkatkan relaksasi


5. Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktifitas

1. Mengkaji kondisi ibu yang dikontraidikasikan terhadap terapi steroid dan memudahkan moturitas paru janin




2. Mengkaji DJJ

S : Gangguan pada kehamilan terasi

O : - Kontraksi intermitet teratasi

A : Masalah sebagian teratasi

P : Intervensi keperawatan dilanjidkan


NO
DIAGNOSA
TUJUAN / KH
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
EVALUASI

2.

Ansietas ketakutan b/d krisis situasional , ancaman yang di rasakan / akibat pada diri dan janin

DS: Ketakutan dengan diri dan janin

DO:  Cemas
         Tidak rileks


-Mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir

-Melaporkan ansietas berkurang / dapat di atasi

-Tampak reflek : tanda vital ibu dalam batas normal


1. Jelaskan prosedur, intervensi keperawatan dan tindakan


2. Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan


3. Jawab pertanyaan dengan jujur termasuk informasi mengenai pola kontraksi dan status janin



4. Anjurkan pengungkapan rasa takut / masalah


5. Pantau TTV ibu / janin


6. Kaji system pendukung yang tersedia untuk klien / pasangan

1. Pengetahuan tentang alas an untuk aktifitas ini dapat menurunkan rasa takut dari ketidak tahuan

2. Membantu klien dan orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka

3. Memberikan klien mendapatkan keuntungan maxsimum dari periode istirahat : mencegah kelehan otot dan memperbaiki aliran darah uterus

4. Dapat membantu menurunkan ansietas, dan merangsan identifikasi perilaku koping

5. Tanda vital klien dan janin dapat berubah karena ansietas

6. Bantu dan perhatikan orang terdekat, meliputi pemberian perawatan, sangat penting selama waktu stress dan ketidak tahuan ini

1. Menjelaskan prosedur, intervensi keperawatan dan tindakan


2. Mengorientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan


3. Menjawab pertanyaan dengan jujur termasuk informasi mengenai pola kontraksi dan status janin




4. Menganjurkan pengungkapan rasa takut / masalah


5. Memantau TTV ibu / janin


6. Mengkaji system pendukung yang tersedia untuk klien / pasangan

S : Ketakutan yang dirasakan diri dan janinsedikit berkurang

O : -Cemas berkurang
      -Agak sedikit rileks

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjidkan
NO
DIAGNOSA
TUJUAN / KH
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
EVALUASI

3.

Kurang pengetahuan b/d kesalahan interprestasi / kurang informasi


DS: “Kurang pemahaman tentang penyakitnya”

DO: Tidak mengerti terhadap penyakitnya
        Sering bertanya-tanya terhadap kondisi keadaannya


-Mengungkapkan kesadaran tentang implikasi dan kemungkinan hasil persalinan praterm

-Mendemontrasikan pemahaman tentang terapi di rumah dan / kebutuhan perawatan diri


1. Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan praterm dan kemungkinan hasil

2. Kaji kesiapan klien untuk belajar





3. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar mengajar





4. Berikan informasi tentang keperawatan tindak lanjut bila klien pulang

5. Identivikasi tanda gejala yang harus dilaporkan dengan segera pada pemberi pelayanan kesehatan

6. Tinjau ulang tanda / gejala persaslinan “dini”

1. Membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan

2. Faktor-faktor seperti ansietas / kurang kesadaran tentang kebutuhan terhadap informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar

3. Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan ansietas yang nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar

4. Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan  / tindakan

5. Evaluasi dan intervensi yang segera dapat memperbaiki hasil kehamilan


6. Membantu klien mengenali persalinan praterm sehinggi terapi untuk menekan persalinan ini dapat di lakukan atau dilakukan ulang dengan segera

1. Memastikan pengetahuan klien tentang persalinan praterm dan kemungkinan hasil

2. Mengkaji kesiapan klien untuk belajar





3. Melibatkan orang terdekat dalam proses belajar mengajar





4. Memberikan informasi tentang keperawatan tindak lanjut bila klien pulang


5. Mengidentivikasi tanda gejala yang harus dilaporkan dengan segera pada pemberi pelayanan kesehatan

6. Meninjau ulang tanda / gejala persaslinan “dini”

S : Kurang pemahaman tentang penyakitnya

O : -Tidak mengerti terhadap penyakitnya
      -Sering bertanya tentang kondisi keadaannya

A : Masalah sebagian teratasi

P : Intervensi dihentikan





Askep Persalinan Pada KPD dan Partus Lama



Pegertian
Ketuben pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan di tunggu 1 jam sebelum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil diatas 37 minggu. Sedangkan di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak.
Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi abstetri dalam kaitannya dengan penyebab.
                                                                        ( Chandranita Manuaba, 2008 )
Ketuban pecah dini adalah pecah ketuban disertai keluarnya cairan amnion sebelum proses persalinan dinulai baik pada kehamilan cukup bulan maupun pada persalinan premature.
                                                                        ( Adele Pillitteri, 2002 )
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting pada abtetri dengan penyakit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbilitas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu.
                                                                        ( Sarwono Prawirahardjo, 2006 )

Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini belum diktahui secara pasti, pada kehamilan preterm dapat disebabkan oleh koriominionitis, plihidramiinion, inkoinpetensia servik atau troma.
Beberapa penyebab lainnya pada ketuban pecah dini selain dari pada inkonpetensia servik juga dapat merupakan overdistensi uterus, factor keturunan ( ion CU serum redah, vitamin C redah, kelainan genetic ), pengaruh dari luar juga dapat melemahkan ketuban 9 inveksi genetalia, meningkatnya enzimproteolifik ).
Penyebab umum pada ketuban pecah dini adalah multi/grandemlti, overdistensi chidramnion, hamil ganda ), disproparsi sefalu pelvis, kelainan letak ( lintang, sung-sang), dan pendular abdomen.
                                                                        ( Chandranita Manuaba, 2008 )
Tanda dan Gejala
Amnionitis
Tanda dan gejala selalu ada
  1. Cairan vagina berbau
  2. Demam atau menggigil
  3. Nyeri perut

Tanda dan gejala kadang-kadang ada
  1. Riwayat keluarnya cairan
  2. Uterus nyeri
  3. Denyut jantung janin cepat
  4. Perdarahan perraginam sedikit-sedikit

Pendarahan antepartum
  1. Plasenta privia
  2. Solusio plasenta
  3. Ruptura uteri
  4. Gangguan pembekuan darah

Awal persalinan aterm atau preterm
  1. Gejala berupa darah lendir ( gejala dan tanda selalu ada )
  2. Pembukaan dan pendataran servik ( gejala dan tanda kadang-kadng ada )
  3. Ada HTS

Ketuban pecah dini
Tanda dan gejalanya:
  1. Cairan dapat keluar sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
  2. Cairan dapat keluar saat tidur, duduk atau pada saat ada aktivitas seperti jalan, berdiri atau mengejan.
  3. Cairan dapat berwarna putih, keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan.

Patofisiologi

Pada kehamilan aterm ketuban pecah dini mungkin suatu gejala fisiologik. Masalah ketuban pecah dini terutama pada kehamilan peterm perlu mendapat perhatian kusus karena fungsi air ketuban yang ternyata sangat mempengaruhi jalannya kehamilan maupun persalinan.
Mekanisme ketuban pecah dini adalah terjadi pembukaan premature servik dan membrane terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisas dan nekrusis sertadapat diikuti pecah spontan.
Jaringan ikat menyangga membrane ketuban makin berkurang, melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim ( enzim proteolitik, enzim kalogenase ).
                                                                        ( Sarwono Prawirohardjo, 2006 )

Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten, makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi, makin muda kehamilan makin sulit upaya pencegahanyan tanpa menimbulkan morbiditas janin. Oleh karena itu komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat.
                                                                        ( Fajar Manuaba, 2008 )


















Text Box: Ketuban Pecah Dini








 











Seksio Seksaria :
Indikasi Obstetri
Kelainan Detak Jantung
 
Persalinan dengan Induksi :
Protaglandin
Langsung Induksi
 
Penatalaksanaan
-          NST setiap minggu
-          Suhu meningkat di atas 38˚C
-          Hasil laboratorium menunjukkan infeksi
-          BPD diatas 9,2
 
                          


























Manifesrasi Klinis

Evaluasi kehamilan dengan ketuban pecah dini. Faktor infeks dapat terjadi karena amniosentesis dengan ultrasonografi. Pada kondisi ini perlu dilakukan kultur beta streptokokus. Kapasitas dilakukan dengan mengukur kematangan peru janin dan percobaan indigo karmin apakah benar ketuban pecah dini dengan cairan terdapat dalam vagina.
Evaluasi dengan ultrasonografi ditemui ketuban pecah dini sering terdapat kelainan congenital. Dengan alat ini juga kita dapat di tentukan usia kehamilan dan menentukan kesehatan  janin dalam kandungan. Dengan evaluasi ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap tingkat infeksi. Berdasarkan evaluasi dapat dibedakan perlakuan penatalaksanaan ketuban pecah dini kehamilan premature dan kehamilan aterm. Dengan eveluasi juga dapat di tentukan waktu dilakukannya induksi perssalinan untuk mempertimbangkan waktu induksi ( setelah pecah 6 jam, 12 jam, 24 jam )
                                                                        ( Handranita Manuaba, 2008 )


Pemeriksaan Diagnostik
  1. USG ( Ultrasonografi )
  2. Uji laboratorium
-          uji pakis positif
-          uji kertas nitrazin positif
-          specimen untuk kultur streptokokus grup B ( grup B streptokokus, GBS )
  1. Amniosentesis :
Cairan amniondikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin ( rasio L/S : Fasfatidilgliserol, fostatidilkain  janin )
Pewarna garam dan hitung koloni kuantitatif membuktikan adanya infeksi intralijanin
  1. Pemantau janin : membantu dalam evaluasi janin
  2. Protein C-Reaktif
Peningkatan protein C-Reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnioniras.
Penatalaksanaan
Masalah yang berat menghadapi ketuban yang pecah adalah kehamilan dibawah minggu ke-26karena mempertahankan memerlukan waktu yang lama. Bila sudah mencapai berat 2000 gram dapat dipertimbangkan untuk di induksi. Kegagalan induksi disertai infeksi yang diikuti hiterektomi.
Pemberian kortikoroid dengan mempertimbangkan akan menambah reseptor pematangan paru, menambah metaritas paru janin. Pemberian betametaso 12mg dengan interval 24 jam, 12 mg tambahan, mqximum dosis 24 mg dan masa kerjanya 2-3 hari. Bila janin setelah 1 minggu belum lahir pemberian betakortisonnya dapat diulangi lagi.
Pemberian tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus, dapat diberikan bila sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi korioamnidnitis. Pemberian anti biotic profilaksis dengan triple drug untuk menghindari terjadi sepsis.
Indikasi untuk melakukan induksi pada ketuban pecah dini harus mempertimbangkan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu meliputin apakah pecahnya sudah 6 jam, 12 jam, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya diatas 2000 gram atau lebih. Apakah ada tanda infeksi intrauterin yang meliputi suhu tubuh ibu naik di atas 38˚C dengan pengukura rectal, terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.
Bahaya paling besar dari ketuban pecah dini adalah bahaya infeksi intrauteri yang mengancam keselamatan ibu dan janinya, terjadi persalinan prematur bila usia kehamilanya kurang dari 36 minggu. Kematian janin akibat prematuritas dan infeksi akan meningkat tajam.
Dalam hal ini bidan dengan bijaksana melakukan intervensi apabila telah di tunggu sekitar 1 jam belum ada tanda akan terjadi persalinan, segera lakukan rujukan kerumah sakit yang dapat memberikan pertolongan kusus.
Bila mungkin beri antibiotic untuk menghindari kemungkinan infeksi. Bidan jangan terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam karena akan menambah beratnya infeksi.


Pengkajian

a.                   Sirkulasi
Hipertensi, edema patologis ( tanda hipertensi karena kehamilan [ HKK] ) penyakit jantung sebelumnya.
b.                  Integritas Ego
Adanya ansietas sedang
c.                   Makanan / Cairan
Ketidak adekuatan atau penambahanberat badan berlebihan
d.                  Nyeri / Ketidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
e.                   Pemasangan
Mungkin perokok berat ( 7-10 rokok / hari )
f.                   Keamanan
Infeksi mungkin ada ( mis, infeksi saluran kemih [ISK] dan / infeksi vagina )
g.                  Seksualitas
Tulang servik dilatasi
Perdarahan mungkin terlihat
Membran mungkin rupture ( KPD )
Perdarahan trimester ketiga
Absirbsi sebelumnya, persalinan / melahirkan praterm, riwayat biopsy konos, uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion, makrosomia, atau gestasi multiple.
h.                  Infeksi Sosial
Mungkin kelas social ekonomi rendah







Diagnosa Keperewatan

DX 1:
            Hipersensitivitas otot / saluran b/d kontraksi uterus terus menerus / peka rangsangan.


Tujuan / KH
            Menurukan tingkat aktifitas
            Mengidentifikasi / mengikuti aktifitas tepat pada situasi
            Mendemonsrasikan penurunan / penghentian kontraksi uterus


INTERVENSI
RASIONAL
1. Jelaskan alas an perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri / miring dan penurunan aktifitas


2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi atau penurunan simulus dalam ruangan ( mis, lampu redup )

3. Kelompokkan aktifitas sebanyak mungkin seperti pemberian obat, TTV, dan pengkajian

4. Berikan periode tanpa intruksi untuk istirahat / tidur

5. Berikan aktivitas pengalihan seperti membaca, mendengar radio, dan menonton TV /kunjungan dengan teman yang di pilih / keluarga
1. Tindakan ini di tunjukan untuk mempertahankan janin jauh dari servik dan meningkatkan pervusi uterus, tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus

2. Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serat meningkatkan rasa nyaman



3. Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interaksi untuk tindakan berikutnya

4. Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan dan dapat meningkatkan relaksasi

5. Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktifitas






DX II :
            Keracuna, resiko tinggi terhadap toksik b/d dosis / efek samping tokolitik


Tujuan / KH
            Menunjukkan tidak ada bukti efek-efek tidak baik dari terapi tokolitik
            Mencegah atau meminimalkan cedera maternal
            Mendemontrasikan penghentian kontraksi uterus, tergantung pada kesejahteraan janin


INTERVENSI
RASIONAL
1. Tempatkan klien pada posisi lateral, tinggikan kepala selama pemberian infuse obat IV

2. Pantau TTV, auskultasi bunyi paru, perhatikan iregularitas jantung dan laporkan dispnea / sesak dada






3. Ukur masukan dan pengeluaran. Anjurkan cairan diantara 2000 dan 3000 ml/hari, kecuali dibatasi ( mis, selama pemberian magnesium sulfat [ MgSO4 ] )


4. Timbang klien setiap hari


5. Pantau adanya mengantuk, kemerahan karena panas, depresi pernapasan, dan depresi reflek tendon dalam dengan tepat

6. Sediakan antidote ( kalsium glukonat untuk MgSO4, propanolol untuk ritodrin / terbutaline sulfat )
1. Menurunkan iritabilitas nyeri, meningkatkan perfusi plasenta dan mencegah hipotensi supine

2. Komplikasi seperti edema pulmoner, distritmia jantung / takikardia, agritasi, dispnea, nyeri dada dan peningkatan pada volume plasma dan mungkin terjadi pada pemberian agoris reseptor beta ( ritodrin, isoxuprin ) dan terbutalin sulfat, yang merangsan reseptor beta ( kususnya pada penggunaan steroid bersama ).

3. Meningkatkan hidrasi yang adekuat dan cegah kelebihan cairan, kususnya bila diberikan MgSO4. MgSO4 dikeluarkan melalui ginjal, sehingga keluaran urin harus dipertahankan

4. Memeriksa potensial perubahan fungsi perkemihan / retensi cairan

5. Tanda depresi neuromuscular, menandakan peningkatan kadar MgSO4 serum.

6. Pemberian antidote mungkin perlu untuk membalik / mengatasi efek agen tokolitik.



DX III :
            Cedera, resiko tinggi terhadap janin b/d melahirkan bayi praterm atau tidak matur.

Tujuan / KH
            Mempertanyakan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang menunjukan



INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji kondisi ibu yang dikontraindikasikan terhadap terapi steroid untuk memudahkan maturitas paru janin

2. Kaji DJJ, perhatikan adanya aktifitas uterus atau perubahan serfikal. Siapkan terhadap kemungkinan kelahiran praterm



3. Berikan informasi tentang tindakan dan efek samping terapi obat.

4. Tinjau ulang pro dan kotra terapi steroid pada klien / pasangan



5. Tekankan pentingnya perawatan tindak lanjut
1. Pada HKK dan korioamnionitis, terapis steroid dapat memperberat hipertensi dan menutupi tanda infeksi

2. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ. Kelahiran dapat sangat cepat pada bayi kecil bila kontraksi uterus menetap tidak responsive padda tokolitik, atau bila perubahan servikal berlanjut

3. Penting bagi klien / pasangan untuk mengetahui obat yang di berikan.

4. Efek jangka pendek dapat meliputi hipoglikemia, peningkatan resiko sepsis, dan kemungkinan supresi aldosteron sampai 2 minggu setelah melahirkan

5. Jika janin tidak dilahirkan dalam 7 hari dari pemberian steroid, dosis harus di ulang setiap minggu.













DX IV :
            Ansietas b/d krisis situasinal, ancaman yang dirasakan / actual pada diri dan janin

Tujuan / KH
            Mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir
            Melaporkan ansietas berkurang / dapat di atasi
            Tampak reflek : tanda vital ibu dalam batas normal




INTERVENSI
RASIONAL
1. Jelaskan prosedur, intervensi keperawatan dan tindakan


2. Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan


3. Jawab pertanyaan dengan jujur termasuk informasi mengenai pola kontraksi dan status janin


4. Anjurkan pengungkapan rasa takut / masalah

5. Pantau TTV ibu / janin


6. Kaji system pendukung yang tersedia untuk klien / pasangan
1. Pengetahuan tentang alas an untuk aktifitas ini dapat menurunkan rasa takut dari ketidak tahuan

2. Membantu klien dan orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka

3. Memberikan klien mendapatkan keuntungan maxsimum dari periode istirahat : mencegah kelehan otot dan memperbaiki aliran darah uterus

4. Dapat membantu menurunkan ansietas, dan merangsan identifikasi perilaku koping

5. Tanda vital klien dan janin dapat berubah karena ansietas

6. Bantu dan perhatikan orang terdekat, meliputi pemberian perawatan, sangat penting selama waktu stress dan ketidak tahuan ini








DX V :
            Kurang pengetahuan b/d kesalahan interpretasi / kurang informasi

Tujuan / KH
            Mengungkapkan kesadaran tentang implikasi dan kemungkinan hasil persalinan praterm
            Mendemontrasikan pemahaman tentang terapi di rumah dan / kebutuhan perawatan diri
            Mengidentifikasi tanda / gejala yang memerlukan evaluasi / intervensi



INTERVENSI
RASIONAL
1. Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan praterm dan kemungkinan hasil

2. Kaji kesiapan klien untuk belajar




3. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar mengajar



4. Berikan informasi tentang keperawatan tindak lanjut bila klien pulang

5. Identivikasi tanda gejala yang harus dilaporkan dengan segera pada pemberi pelayanan kesehatan

6. Tinjau ulang tanda / gejala persaslinan “dini”
1. Membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan

2. Faktor-faktor seperti ansietas / kurang kesadaran tentang kebutuhan terhadap informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar

3. Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan ansietas yang nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar

4. Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan  / tindakan

5. Evaluasi dan intervensi yang segera dapat memperbaiki hasil kehamilan


6. Membantu klien mengenali persalinan praterm sehinggi terapi untuk menekan persalinan ini dapat di lakukan atau dilakukan ulang dengan segera





DX VI :
            Nyeri akut b/d kontraksi otot, efek obat-obatan

Tujuan / KH
            Melaporkan ketidak nyamanan menjadi minimal, terkontrol
            Penggunaan tehnik relaksasi


INTERVENSI
RASIONAL
1. Percepat proses penerimaan dan lakukan tirah baring pada klien dengan menggunakan posisi miring kiri

2. Tinjau ulang tehlik relaksasi



3. Gunakan tindakan kenyamanan keperawatan seperti mengganti linen dan posisi, gosoksn punggung dan sentuhan trapetik

4. Kaji membrane mukosa terhadap adanya uldetrasi / reaksi mengunyah nepedipin


5. Pantau TTV ibu dan janin
1. Posisi miring kiri memperbaiki aliran darah uterus dan dapat menurunkan kepekaan uterus

2. Membantu menurunkan persepsi klien tentang ketidak nyamanan dan meningkatkan rasa control

3. Menghilangkan tegangan otot dan keluhan



4. Nivedifin dapat mengiritasi rongga mulut, pada kasus ini harus di telan seluruhnya

5. Menunjukkan keefektifan intervensi
















DAFTAR PUSTAKA




Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuahn Kebidanan Vol.2. Jakarta. EGC

Manuaba Chandranita. 2008. Gawat Darurat Obstretri Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta. EGC

Pillitteri Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. EGC

Prawiro Hardjo Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Doengoes, Marielyna. E. 2001. Rencana Keperawatan Maternal Bayi. Edisi 2. Jakarata. EGC























ANALISA DATA

NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1










2









3
DS: Gangguan pada kehamilan

DO: Kontraksi intermiten
        KPD






DS: Ketakutan dengan diri dan janin

DO:  Cemas
         Tidak rileks





DS: “Kurang pemahaman tentang penyakitnya”

DO: Tidak mengerti terhadap penyakitnya
        Sering bertanya-tanya terhadap kondisi keadaannya







Melahirkan praterm / tidak matur









Krisis situasional, ancaman yang dirasakan / actual pada diri dan janin






Kesalahan interprestasi atau kurang informasi
Cedera resiko tinggi terhadap janin









Ansietas ketakutan









Kurang pengetahuan


DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Cidera resiko tinggi terhadap janin b/d melahirkan peratrm / tidak matur
  2. Ansietas ketakutan b/d krisis situasional, ancaman yang dirasakan atau actual pada diri dan janin
  3. Kurang penetahuan b/d kesalahan interprestasi / kurang informasi








NO
DIAGNOSA
TUJUAN / KH
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
EVALUASI

1.

Cidera, resiko tinggi terhadap janin b/d melahirkan praterm / tidak matur

DS: Gangguan pada kehamilan

DO: Kontraksi intermiten
        KPD


-Menurukan tingkat aktifitas

-Mengidentifikasi / mengikuti aktifitas tepat pada situasi

-Mendemonsrasikan penurunan / penghentian kontraksi uterus


1. Jelaskan alas an perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri / miring dan penurunan aktifitas



2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi atau penurunan simulus dalam ruangan ( mis, lampu redup )

3. Kelompokkan aktifitas sebanyak mungkin seperti pemberian obat, TTV, dan pengkajian

4. Berikan periode tanpa intruksi untuk istirahat / tidur

5. Berikan aktivitas pengalihan seperti membaca, mendengar radio, dan menonton TV /kunjungan dengan teman yang di pilih / keluarga

1. Tindakan ini di tunjukan untuk mempertahankan janin jauh dari servik dan meningkatkan pervusi uterus, tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus

2. Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serat meningkatkan rasa nyaman


3. Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interaksi untuk tindakan berikutnya



4. Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan dan dapat meningkatkan relaksasi


5. Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktifitas

1. Mengkaji kondisi ibu yang dikontraidikasikan terhadap terapi steroid dan memudahkan moturitas paru janin




2. Mengkaji DJJ

S : Gangguan pada kehamilan terasi

O : - Kontraksi intermitet teratasi

A : Masalah sebagian teratasi

P : Intervensi keperawatan dilanjidkan


NO
DIAGNOSA
TUJUAN / KH
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
EVALUASI

2.

Ansietas ketakutan b/d krisis situasional , ancaman yang di rasakan / akibat pada diri dan janin

DS: Ketakutan dengan diri dan janin

DO:  Cemas
         Tidak rileks


-Mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir

-Melaporkan ansietas berkurang / dapat di atasi

-Tampak reflek : tanda vital ibu dalam batas normal


1. Jelaskan prosedur, intervensi keperawatan dan tindakan


2. Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan


3. Jawab pertanyaan dengan jujur termasuk informasi mengenai pola kontraksi dan status janin



4. Anjurkan pengungkapan rasa takut / masalah


5. Pantau TTV ibu / janin


6. Kaji system pendukung yang tersedia untuk klien / pasangan

1. Pengetahuan tentang alas an untuk aktifitas ini dapat menurunkan rasa takut dari ketidak tahuan

2. Membantu klien dan orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka

3. Memberikan klien mendapatkan keuntungan maxsimum dari periode istirahat : mencegah kelehan otot dan memperbaiki aliran darah uterus

4. Dapat membantu menurunkan ansietas, dan merangsan identifikasi perilaku koping

5. Tanda vital klien dan janin dapat berubah karena ansietas

6. Bantu dan perhatikan orang terdekat, meliputi pemberian perawatan, sangat penting selama waktu stress dan ketidak tahuan ini

1. Menjelaskan prosedur, intervensi keperawatan dan tindakan


2. Mengorientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan


3. Menjawab pertanyaan dengan jujur termasuk informasi mengenai pola kontraksi dan status janin




4. Menganjurkan pengungkapan rasa takut / masalah


5. Memantau TTV ibu / janin


6. Mengkaji system pendukung yang tersedia untuk klien / pasangan

S : Ketakutan yang dirasakan diri dan janinsedikit berkurang

O : -Cemas berkurang
      -Agak sedikit rileks

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjidkan
NO
DIAGNOSA
TUJUAN / KH
INTERVENSI
RASIONAL
IMPLEMENTASI
EVALUASI

3.

Kurang pengetahuan b/d kesalahan interprestasi / kurang informasi


DS: “Kurang pemahaman tentang penyakitnya”

DO: Tidak mengerti terhadap penyakitnya
        Sering bertanya-tanya terhadap kondisi keadaannya


-Mengungkapkan kesadaran tentang implikasi dan kemungkinan hasil persalinan praterm

-Mendemontrasikan pemahaman tentang terapi di rumah dan / kebutuhan perawatan diri


1. Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan praterm dan kemungkinan hasil

2. Kaji kesiapan klien untuk belajar





3. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar mengajar





4. Berikan informasi tentang keperawatan tindak lanjut bila klien pulang

5. Identivikasi tanda gejala yang harus dilaporkan dengan segera pada pemberi pelayanan kesehatan

6. Tinjau ulang tanda / gejala persaslinan “dini”

1. Membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan

2. Faktor-faktor seperti ansietas / kurang kesadaran tentang kebutuhan terhadap informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar

3. Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan ansietas yang nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar

4. Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan  / tindakan

5. Evaluasi dan intervensi yang segera dapat memperbaiki hasil kehamilan


6. Membantu klien mengenali persalinan praterm sehinggi terapi untuk menekan persalinan ini dapat di lakukan atau dilakukan ulang dengan segera

1. Memastikan pengetahuan klien tentang persalinan praterm dan kemungkinan hasil

2. Mengkaji kesiapan klien untuk belajar





3. Melibatkan orang terdekat dalam proses belajar mengajar





4. Memberikan informasi tentang keperawatan tindak lanjut bila klien pulang


5. Mengidentivikasi tanda gejala yang harus dilaporkan dengan segera pada pemberi pelayanan kesehatan

6. Meninjau ulang tanda / gejala persaslinan “dini”

S : Kurang pemahaman tentang penyakitnya

O : -Tidak mengerti terhadap penyakitnya
      -Sering bertanya tentang kondisi keadaannya

A : Masalah sebagian teratasi

P : Intervensi dihentikan